Sanskerta Dasar 01: Kata Benda dan Perihal Nominatif

Tulisan ini utamanya saya ambil (dengan perubahan) dari buku First Lesson in Sanskrit Grammar (together with an introduction to the Hitopadesa), disingkat FLSG, edisi kelima yang ditulis oleh James R. Ballantyne, LL.D. Buku ini saya pilih karena ringkas, sederhana, dan cocok bagi mereka yang baru belajar bahasa Sanskerta.

Sebelum memulai pelajaran ini, silakan baca twit-twit saya sebelumnya tentang aksara dan bunyi dalam bahasa Sanskerta. Aturan-aturan yang saya kutip di sini adalah aturan yang paling umum, jadi tidak sepenuhnya menjelaskan tata bahasa Sanskerta. Di luar ini ada pengecualian yang akan dibahas secara terpisah.

Pelajaran 1

1. Kata benda Sanskerta yang ada di kamus adalah kata dasar yang masih “mentah” (selanjutnya disebut ‘kata dasar’ saja), artinya masih perlu diproses lebih lanjut agar bisa digunakan dalam kalimat.

2. Kata dasar bisa diakhiri bunyi vokal atau konsonan (mati). Bunyi akhir ini adalah salah satu hal yang menentukan proses perubahan kata dasar.

3. Bunyi vokal yang paling banyak pada akhir kata dasar adalah a अ, ā अा, i इ, ī ई, u उ, dan ṛ ऋ.

4. Setiap kata dasar memiliki ‘gender’, yaitu maskulin (*m), feminin (*f), atau netral (*n). Nama-nama laki-laki hampir selalu *m, demikian pula perempuan *f. Nama-nama benda atau fenomena juga bisa *m atau *f, misalnya ratha रथ (kereta) *m, sedangkan cintā चिन्ता (pikiran, kegelisahan) *f. Kata dasar yang diakhiri dengan ā dan ī kebanyakan *f.

5. Setiap kata benda menempati posisi tertentu di dalam kalimat (misalnya subyek atau obyek). Untuk itu setiap kata benda mengalami deklinasi (infleksi pada kata benda) menjadi tujuh macam posisi kata yang disebut ‘perihal’.

6. Perihal pertama adalah kata benda sebagai subyek yang dibicarakan di dalam kalimat. Ini umumnya diistilahkan: perihal ‘nominatif’.

7. Bunyi vokal akhir pada kata dasar seperti pada poin 3 mengalami perubahan sebagai berikut agar menjadi perihal nominatif:

  • a अ    menjadi    aḥ अः
  • ā अा   tidak berubah
  • i इ     menjadi     iḥ इः
  • ī ई     menjadi     īḥ ईः
  • u उ    menjadi    uḥ उः
  • ṛ ऋ    menjadi    ā अा

Catatan: kata benda *n berakhiran ‘a’ berubah menjadi ‘am’.

8. LATIHAN. Ubahlah kata-kata dasar berikut ini kedalam bentuk nominatifnya: aśva > aśvaḥ (kuda), icchā > icchā (kehendak), āsana* > āsanam (duduk), vīṇā > … (alat musik petik), buddhi (intelegensia), guru (guru), agni (api), kāka (gagak), mālā (kalung bunga), śrī (kesejahteraan), guṇa (sifat, kualitas), pitṛ (bapak), vacana* (perkataan), candra (bulan), deva (dewa), pūjā (persembahyangan), gṛha* (rumah), dharma (kebijaksanaan), vana* (hutan), mātṛ (ibu), parvata (gunung), madhya (tengah-tengah), hiṃsā (kekerasan), patra* (daun), pati (tuan), dhātṛ (pencipta), pāntha (pengembara), jala* (air), phala* (buah), rāvaṇa (Rahwana), vṛkṣa (pohon), baka (bangau), duḥkha* (penderitaan), śatru (musuh), sabhā (majelis), kartṛ (pelaksana), śiṣya (murid), sṛgāla (srigala), kula* (keluarga), duhitṛ (anak perempuan, putri), samudra (lautan), pustaka* (buku), kanyā (gadis), vyāghra (harimau), dātṛ (pemberi), hasta (tangan), rāma (Rama), śāstra* (susastra), brāhmaṇa (brahmana), tīra* (tepian, pantai), nara (manusia), manuṣya (manusia), putra (anak laki-laki, putra), dhana* (kekayaan), mṛga (rusa), anna* (makanan), hari (Wisnu), krodha (amarah), bāṇa (panah), cakra* (roda), mastaka* (kepala), prabhu (penguasa), śakti (kekuatan), sarpa (ular), bhakta (pengabdi), bhūmi (bumi), kapi (kera), huta* (persembahan, sesaji), puṣpa* (bunga), kavi (pujangga), grāma (desa), kriyā (tindakan), ruci (kenikmatan), pātaka* (dosa), vidyā (pengetahuan), mūṣika (tikus), caura (pencuri), bāla (anak laki-laki), mālika (tukang kebun), ārāma (kebun), tārā (bintang).
Catatan: yang bertanda * adalah kata benda *n.

Pelajaran 3

9. Untuk membentuk perihal nominatif beberapa bunyi konsonan pada akhir kata dasar berubah, di antaranya:

  • -c च् dan -ś श् berubah menjadi -k क्;
  • -n न् hilang dan (jika bukan *n) vokal sebelumnya dipanjangkan;
  • -r र् berubah menjadi -ḥ dan vokal sebelumnya dipanjangkan.

10. Selain itu, konsonan embus (seperti -kh ख्) berubah menjadi konsonan tak-embusnya (misalnya -k क्).

11. Beberapa konsonan akhir lainnya tidak berubah untuk perihal nominatifnya.

12. LATIHAN. Ubahlah kata-kata dasar berikut ini kedalam bentuk nominatifnya: vac (kata), rājan (raja), hastin (gajah), gir (perkataan), jagat (jagat), diś (arah), ātman (diri), vidyut (petir), nāman (nama), citralikh (pelukis).

 


Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: