(disarikan dari tiga video Swami Anand Krishna, Being Human)
Manusia yang tidak memiliki Kasih di dalam hatinya, tidak berbeda dari binatang. Namun manusia tidak lahir dengan Kasih. Seorang bayi belum mengenal Kasih: ia akan menangis ketika lapar bahkan sedikit saja, tidak peduli ibu sedang sibuk atau capek. Lantas, bagaimana caranya mengembangkan Kasih? Kuncinya ada pada otak kita.
Otak manusia memiliki Neocortex yang tidak dimiliki makhluk lain. Kalau kita lihat struktur otak, Neocortex nampak seperti “external harddisk”, tambahan. Neocortex ini mempunyai “program dasar” untuk mengembangkan Wiweka agar kita bisa memilah apa yang tepat, yang baik dan tidak—inilah jembatan yang bisa membuat kita sadar akan Kedewataan, Keilahian, Ketuhanan.
Sebenarnya kita bisa hidup dan “berfungsi” tanpa perlu mengembangkan Wiweka: bekerja saja tanpa perlu memperhatikan etika, melakukan apa saja tanpa perlu memikirkan apakah orang lain, makhluk lain menderita karena ulah kita. Ini sudah jamak kita lihat di mana-mana.
Program dasar Neocortex adalah memproses segala informasi yang kita peroleh sepanjang hidup, dan kemudian memilahnya ke dalam dua kategori: Preya (sesuatu yang menyenangkan indera) atau Sreya (sesuatu yang mulia, sesuatu yang baik, benar). Sesuatu yang menyenangkan belum tentu baik/mulia—bahkan seringkali bertentangan.
Zaman dulu di dalam peradaban kita, seorang anak sebelum masuk sekolah—umur 4–5 tahun—harus melalui sebuah upacara inisiasi yang disebut Upanayanam. Sang anak diminta untuk mengucapkan Gayatri-mantram: “Wahai Sumber Segala Cahaya, terangilah kesadaranku agar aku mampu menentukan mana yang tepat/mulia dan yang tidak.”
Apa yang kita kenal sebagai AGAMA di dalam Peradaban Sindhu/Hindu/Indus/Indo, menurut Bhagavad Gita, disebut Sraddha—bukan Dharma. Sraddha (kepercayaan, keyakinan) ada 3 macam: Sattwik (kepercayaan yang tidak hanya mementingkan kepentingan diri sendiri, tapi juga kebahagiaan makhluk lain), Rajasik (semacam hubungan dagang, “Tuhan saya sembahyang ya, tapi biarlah saya masuk surga, ini.. itu..”), dan Tamasik (menganggap Tuhan sebagai bell boy, room service di hotel yang bisa kita panggil kapan saja untuk melakukan apa yang kita minta).
Rajas lebih baik dari Tamas, dan Sattwa lebih baik dari Rajas. Sattwa adalah yang paling diinginkan—tapi, berada di sini pun masih belum Dharma yang melampaui ketiga-tiganya. Dharma inilah yang hendaknya menjadi urusan kita, kita perlu mengembangkan Kasih untuk menjadikan Bumi ini sebagai tempat yang indah dan sejahtera bagi semua.
Video 1/3: https://youtu.be/aTOXeusf0I4
Video 2/3: https://youtu.be/1rFP2HsZpis
Video 3/3: https://youtu.be/F_9rVP9H4Ac