Beberapa orang di internet membuat posting/meme sebagai pembenaran bahwa di semua kepercayaan selalu ada istilah bagi orang yang tidak se-kepercayaan; bahwa sah-sah saja calling people names. And if it hurts you, too bad.. bukan salah saya. Semua ada di kitab suci, kok Bro!
Mereka berdalih bahwa ada kok padanan kata kafir di dalam tradisi keagamaan yang lain. Lucunya, mereka kurang riset dan entah diambil dari mana kata-kata yang mereka klaim itu. Dia bilang, kafir = maitrah (dlm tradisi Hindu), = abrahmacariyavasa (dlm tradisi Buddha), = domba yang tersesat (dlm tradisi Kristen). Biasanya saya malas komen yang begini, tapi ternyata posting ini sudah merambat luas. Kejadian ini menunjukkan bahwa toleransi saja tidak cukup. Kita semua perlu saling mengenal, saling mengapresiasi/mengenal supaya tidak mudah terpecah belah.
Dari kecil saya tertarik dengan semua tradisi keagamaan. Orang tua saya berasal dari 2 tradisi keagamaan berbeda: Hindu dan Islam. Kawan-kawan dekat saya banyak yang Kristen dan Buddhis. Saya suka sekali membaca buku-buku keagamaan dari semua tradisi. Saya diberi tahu bahwa kata kafir yang belakangan sering dilemparkan kepada mereka yang non-muslim sebenarnya punya banyak makna, namun sayangnya tidak jarang ada individu-individu yang mereduksi maknanya dan membuatnya menjadi sebutan untuk meredahkan orang lain dalam masyarakat yang plural. Ini beberapa kali saya alami sendiri.
Ironi dari posting/meme itu adalah menyebut maitrah sebagai padanan kata kafir bagi umat Hindu. And, do you know what maitraḥ actually means? Persahabatan! Ya, seorang Hindu—mereka yang menjadi bagian dari peradaban Sindhu, Hindia, termasuk leluhur kita semua di Sindho/Hindo-nesia ini—menganggap mereka yang berbeda dan tak seagama sebagai SAHABAT, mitra (मित्र), dan kata turunannya, maitra (मैत्र) berarti sikap bersahabat. Bahkan bukan hanya itu, “semua makhluk adalah saudara.” Dan seorang saudara tidak melempar batu kepada yang lain dan saling menyakiti!
Sedangkan abrahmacariyavasa अब्राह्मचरियवस berarti mereka yg tidak (sedang) menempuh jalan/tahapan hidup sebagai brahmacarya dan mengikuti aturan-aturan khusus di dalamnya. Brahmacarya adalah tahapan hidup pertama sebagai pelajar (dari lahir hingga 25 tahun) sebelum berumah tangga. Seseorang masih bisa disebut hindu/buddhis walaupun sudah bukan lagi brahmacarya.
Saya anjurkan kepada pembuat posting tadi untuk menggunakan kata nāstika (नास्तिक) sebagai padanan kata untuk ‘mereka yang tidak percaya kepada otoritas Veda’—sesuai dengan Kamus Sanskrit Apte. Mungkin itu yang paling dekat dengan istilah kafir yang telah tereduksi tadi. Tapi tetap tidak sama! Karena di dalam tradisi Hindu, baik astika (mereka yang percaya pada otoritas Veda) dan nāstika, KEDUA-DUANYA diakui, dipeluk ke dalam rengkuhan Hindu-isme. Kedua-duanya sah sebagai jalan para seeker of Truth, sādhaka, pada pencari Kebenaran (bukan pembenaran).
3 responses to “Kafir adalah Sahabat”
Hey bro, kamu tahu tidak arti kafir? Keknya anda juga kurang riset tentang arti kafir..
Biar diperjelas kufar (terhalang oleh sesuatu), menjadi kata kerja kufur (sengaja menghalangi), orangnya disebut kafir (menghalangi dari iman islam).
Jadi kata kafir adalah orang yg tidak ingin menerima iman islam = menerima iman ajaran agama lain.
Skrg yg salahnya dari kata kafir itu apa? Sama juga kan dengan arti dari abrahmacariyavasa (tidak sedang menempuh jalan brahmacariyavasa).
Saran saya riset yg baik dulu sebelum buat artikel, krna anda tidak tahu bahasa yg sdh ditetapkan syariat.
LikeLike
Terima kasih informasinya. Saya tidak menjelaskan makna kafir dlm tulisan ini. Biarkan mereka yg lebih paham untuk menjelaskan. Fokus saya pada klaim bahwa di dalam agama-agama lain (terutama dlm bahasa Sanskerta) ada padanan istilah tsb, padahal salah. Abrahmacariyavasa dan Maitrah tidak digunakan utk menyebut mereka yg berbeda kepercayaan sebagaimana dijelaskan di atas.
.
Apakah istilah kafir maknanya baik/buruk? Bukan itu pembahasan saya, namun tidak bisa ditutupi bahwa ada individu-individu yang menggunakan istilah tsb di tengah masyarakat plural untuk merendahkan mereka yg tidak sependapat. Saya dan orang-orang di sekitar saya, bahkan anak-anak kecil, mengalaminya.
LikeLike
Belajar dulu memahami artikel diatas, dangkal sekali pemahaman kamu
LikeLike